Rabies, Penyakit ‘Anjing Gila’ dengan Tingkat Kematian Hampir 100%?
Belakangan ini, rabies menjadi salah satu penyakit yang banyak dibicarakan di Indonesia. Penyakit ini tergolong dalam penyakit endemi yang cukup berbahaya. Menurut Dokter UKK Penyakit Infeksi Tropik IDAI, Novie H. Rampengan (CNN, 2023), tingkat kematian pada manusia jika sudah muncul gejala yaitu hampir 100%. Dengan demikian, rabies harus ditangani sesegera mungkin sebelum muncul gejala.
Rabies adalah penyakit yang diakibatkan oleh rhabdovirus, sejenis virus yang memiliki materi genetik berupa RNA untai tunggal. Rhabdovirus biasanya akan menginfeksi hewan-hewan yang bisa menularkan rabies seperti anjing, kucing, atau kera. Hewan yang terinfeksi rhabdovirus akan berperilaku tidak normal sehingga disebut ‘gila’ dan akan mentransmisikan rhabdovirus ke manusia melalui gigitan atau cakaran. Rhabdovirus yang telah masuk ke dalam tubuh manusia akan menyerang bagian sistem saraf pusat terutama otak dan menginfeksi manusia lebih lanjut hingga menyebabkan kematian (CDC, 2020).
Dilansir dari data Kementerian Kesehatan, sejak Januari hingga 21 Juni 2023, sudah terdapat 47 orang yang meninggal akibat rabies, 45.789 kasus gigitan hewan penular rabies (GPHR), 34.764 orang yang telah mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR), dan 597 orang yang telah mendapatkan Serum Anti Rabies (SAR) (Media Indonesia, 2023). Data juga menunjukkan bahwa hanya 11 provinsi di Indonesia yang bebas rabies, yakni Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan. Bahkan hingga Juni 2023, sudah terdapat dua kabupaten yang menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) Rabies, yaitu Kabupaten Sikka dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) di Nusa Tenggara Timur (NTT) (CNN, 2023).
Rabies sendiri tidak muncul begitu saja pada manusia. Virus rabies (rhabdovirus) baru bisa ditransmisikan ke manusia melalui saliva hewan penular rabies. Gigitan, goresan, dan kontak langsung dengan saliva, seperti tidak sengaja mengenai luka terbuka atau tidak sengaja masuk ke mata, sehingga dapat mempermudah rhabdovirus bertransmisi masuk ke dalam tubuh manusia (WHO, 2023). Meskipun biasanya rabies ditularkan oleh anjing, hewan peliharaan lain seperti kucing, sapi, kuda, dan lainnya juga bisa menularkan rabies ke manusia. Selain hewan peliharaan, hewan liar seperti kelelawar diketahui juga dapat menularkan rabies ke manusia sehingga kita harus berhati-hati ketika beraktivitas di alam bebas.
Jika seseorang terpapar rabies, virus rabies akan berjalan menuju otak sebelum akhirnya menyebabkan gejala. Masa inkubasi rabies dalam tubuh dapat berlangsung selama berminggu hingga berbulan lamanya, biasanya 1–2 bulan, tergantung pada lokasi transmisi virus, jenis virus, dan kekebalan tubuh manusia. Rabies memiliki gejala awal yang mirip dengan flu, seperti sakit kepala, demam, lemas; juga muncul sensasi yang tidak nyaman, seperti adanya tusukan dan gatal di sekitar lokasi gigitan. Gejala awal ini dapat berlangsung selama berhari-hari. Kemudian, gejala akan berkembang menjadi cemas, bingung, agitasi, dan menyebabkan adanya gangguan neurologis. Selain itu, seseorang yang terkena rabies mungkin akan berperilaku tidak normal, mengalami delirium, insomnia, dan hydrophobia. Setelah gejala-gejala ini muncul, penyakit ini hampir selalu fatal dengan tingkat kematian hampir 100% (CDC, 2021).
Pada pasien rabies, gejala yang sering ditemukan yaitu hydrophobia atau takut untuk minum air. Hydrophobia merupakan salah satu gejala klinis yang biasa dialami oleh pasien rabies pada tahap lanjut dari infeksi rhabdovirus. Pasien rabies mengalami hydrophobia karena terjadi kejang yang berlangsung intens pada tenggorokan saat ia minum air atau bahkan hanya dengan memikirkan ia menelan air (Medical News Today). Kejang pada pasien rabies sebenarnya merupakan tindakan yang dilakukan oleh rhabdovirus untuk tetap bisa berkembang biak di dalam saliva manusia. Apabila pasien rabies minum air, penyebaran rhabdovirus akan terhambat karena virus terbasuh ke dalam tenggorokan dan tidak bisa berkembang biak untuk melakukan invasi lebih lanjut. Dengan adanya kejang yang dialami pasien rabies, pasien akan memiliki rasa takut untuk minum air sehingga rhabdovirus bisa tetap berkembang biak di dalam saliva manusia.
Sebelum gejala muncul, rabies sebaiknya ditangani segera mungkin. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah rabies, yaitu dengan melakukan vaksinasi pada hewan peliharan, termasuk anjing, kucing, monyet, dan musang. Vaksinasi ini dapat meningkatkan imunitas sehingga tidak mudah terserang oleh virus rabies. Selain itu, hewan peliharan tidak boleh dibiarkan berkeliaran bebas tanpa pengawasan, terutama untuk menghindarinya dari hewan liar yang mudah terinfeksi rabies (Cleveland Clinic, 2022). Tidak hanya pada hewan, kita juga harus melakukan tindakan pencegahan rabies dengan menghindari kontak langsung dengan hewan liar dan melakukan vaksinasi.
Terdapat 2 pilihan vaksin rabies di Indonesia, yaitu vaksin PrPP dan PEP. Vaksin PrPP diberikan sebelum terpapar virus dan biasanya diberikan kepada orang yang dianggap berisiko tinggi terpapar, misalnya petugas pengawas hewan dan dokter hewan, sedangkan vaksin PEP diberikan untuk menghentikan timbulnya gejala rabies setelah terpapar virus. Vaksin ini diberikan segera pada hari terpapar virus, kemudian diberikan lagi pada hari ke-3, 7, dan 14.
Menurut WHO (2023), terdapat 3 kategori vaksin PEP yang direkomendasikan berdasarkan jenis kontak dengan hewan yang dicurigai rabies, yaitu:
- Kategori I: Menyentuh atau memberi makan hewan dan menjilati kulit yang tidak terluka. Kategori ini tidak membutuhkan vaksin PEP tetapi tetap harus mencuci kulit yang bersentuhan dengan hewan.
- Kategori II: Kulit yang tergigit mengakibatkan goresan kecil atau lecet tanpa perdarahan. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi segera setelah luka dibersihkan.
- Kategori III: Gigitan yang disertai dengan jilatan pada kulit yang terluka sehingga terdapat kontaminasi selaput lendir dengan air liur dari jilatan hewan. Untuk itu, perlu dilakukan vaksinasi segera dan pemberian imunoglobulin rabies setelah luka dibersihkan.
Referensi
Apresiasi: Monica, Allicia Rosana