Rhamnosa
5 min readJul 17, 2024
Photo by Angiola Harry on Unsplash

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2022 terdapat sekitar 2,3 juta wanita yang didiagnosis terkena kanker payudara dengan total 670.000 kematian tercatat akibat kanker payudara. Umumnya, kasus kanker payudara ini rentan terjadi pada wanita, walaupun pria juga dapat mengalami kanker payudara dalam kasus langka. Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan pertama dengan jenis kanker terbanyak yang dialami masyarakat. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan angka kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1 orang per 100 ribu penduduk. Rata-rata kematian akibat kanker ini mencapai 17 orang per 100 ribu Penduduk (Kemenkes, 2018). Angka yang cukup luar biasa, bukan?

Kanker payudara atau yang biasa disebut Carcinoma mammae merupakan kondisi tubuh yang memiliki sel abnormal yang terus menggandakan diri secara tidak terkendali pada jaringan payudara dan dapat membentuk tumor. Kanker payudara berada di peringkat dua dengan jenis kanker yang paling umum diidap oleh perempuan setelah kanker kulit.

Sumber: Terese Winslow LLC U.S. Govt (2012)

Sebagian besar payudara tersusun atas jaringan lemak. Selain jaringan lemak, terdapat beberapa jenis sel penyusun jaringan payudara, yaitu ductal cells, lobular cells, dan connective tissues cells. Ductal cells berfungsi sebagai lapisan yang membentuk saluran (duktus) tempat distribusi air susu dari lobule ke puting susu. Lobular cells berfungsi sebagai penyusun lobules yang akan menjadi tempat produksi air susu. Sementara connective tissues cells berfungsi sebagai pemberi struktur pada payudara. 
Umumnya, sel abnormal akan berkembang di jaringan lobules atau jaringan duktus payudara. Sel-sel abnormal yang terus diproduksi secara masif kemudian akan membentuk tumor yang akan menyebabkan pembengkakan atau benjolan pada jaringan payudara.

Secara umum, kanker payudara terbagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan tipe penyebarannya, yaitu kanker payudara invasif dan kanker payudara non-invasif. Kanker payudara invasif merupakan kanker yang dapat menyebar dari payudara ke jaringan organ sekitarnya, seperti karsinoma duktal invasif dan karsinoma lobular invasif. Sementara itu, kanker payudara non-invasif merupakan kanker yang tidak dapat menyebar ke jaringan lain, seperti Ductal Carcinoma In-Situ (DCIS).

Selain jenis, kanker payudara juga terbagi ke dalam beberapa tingkatan stadium yang menunjukkan perkembangan sel kanker yang telah terbentuk di payudara. Terdapat 5 jenis tingkatan stadium, yaitu stadium 0, 1, 2, 3, 4, dan 5.

Sumber: Jordan Breast Cancer Program

Gejala-gejala dini pada kanker payudara yang dapat dirasakan diantaranya adalah terdapat benjolan di sekitar payudara, perubahan bentuk dan ukuran payudara menjadi asimetri, pembengkakan atau benjolan di sekitar ketiak, perubahan warna kulit payudara, adanya pendarahan dari puting payudara, retraksi puting (puting terbenam/datar) dan rasa sakit pada payudara. Pemerintah kini mencetuskan gerakan SADARI sebagai langkah pengecekan dini pada kanker payudara. Apabila beberapa gejala ini sudah dirasakan, langkah terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsultasikannya segera ke dokter.

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak mengancam nyawa wanita di Indonesia. Oleh karena itu, Kementrian Kesehatan Indonesia mempromosikan gerakan SADARI untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala-gejala kanker payudara. Pemeriksaan ini dilakukan dengan meraba payudara untuk melihat kemungkinan adanya perubahan fisik pada payudara. Pemeriksaan SADARI disarankan untuk dilakukan seminggu setelah periode menstruasi berakhir, dan dapat dilakukan di depan cermin, saat mandi, atau ketika berbaring.

Terdapat beberapa keadaan yang harus diwaspadai sebelum melakukan pemeriksaan SADARI. Seperti, terasa adanya benjolan, penebalan kulit, perubahan ukuran dan bentuk payudara, serta apabila terasa nyeri.

Terdapat 6 langkah utama dalam melakukan SADARI.

Sumber: Yayasan Kanker Payudara Indonesia

Berdiri tegak dan amati apabila terdapat perubahan pada payudara, seperti perubahan permukaan kulit atau adanya pembengkakan.

Angkat kedua lengan ke atas, tekuk siku dan posisikan tangan dibelakang kepala, dorong siku ke depan dan amati payudara. Setelah itu, dorong siku ke belakang dan cermati bentuk ataupun ukuran payudara.

Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan, dorong kedua siku ke depan, lalu kencangkan otot dada.

Angkat lengan kiri ke atas, tekuk siku sehingga tangan kiri memegang bagian atas punggung. Raba dan tekan area payudara kiri hingga ke area ketiak menggunakan ujung jari tangan kanan. Lakukan gerakan atas-bawah, gerakan lingkaran, dan gerakan lurus dari arah tepi payudara ke puting, dan sebaliknya. Lakukan hal yang sama untuk payudara kanan.

Cubit kedua puting dan cermati apabila terdapat cairan yang keluar. Segera konsultasi ke dokter apabila hal tersebut terjadi.

Pada posisi berbaring, letakkan bantal di bawah pundak kanan dan angkat lengan ke atas. Cermati payudara dan lakukan gerakan seperti pola pada nomor 3-5. Tekan payudara hingga ke sekitar ketiak dengan menggunakan ujung jari.

Genetik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya gejala kanker payudara. Adanya variasi genetik dapat meningkatkan atau menurunkan suspektibiltas dalam munculnya penyakit. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya metode yang dapat menganalisis / memetakan genetik pada tubuh manusia untuk memprediksi fenotipe klinik dan hasilnya pada seseorang, yaitu dengan menggunakan polygenic risk score test.

PRS merupakan suatu metode untuk mementukan faktor resiko poligenik pada seseorang untuk memprediksi penyakit multifaktorial dengan mengidentifikasi polimorfisme yang kemungkinan terdapat pada seluruh gen. Metode ini dilakukan dengan menganalisis variasi pada gen dan akan didapatkan sebuah skor yang mengindikasikan resiko yang terdapat pada seseorang.

PRS dapat digunakan untuk pendeteksian dini kanker payudara dengan mengidentifikasi SNP / single nucleotide polymorphism (SNP) yang dapat menjadi indikator dari kanker payudara, yaitu dengan mendeteksi adanya mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2.

Daftar Pustaka
Bodai, B. I., & Tuso, P. (2015). Breast cancer survivorship: a comprehensive review of long-term medical issues and lifestyle recommendations. The Permanente journal, 19(2), 48–79. https://doi.org/10.7812/TPP/14-241

Maresa, A., Riski M., & Ismed S. (2023). Hubungan Sikap dan Keterpaparan Informasi dengan Pengetahuan Remaja Putri tentang Kanker Payudara. Jurnal ‘Aisyiyah Palembang, 8(1), 233-234. https://doi.org/10.36729/jam.v8i1.999

Łukasiewicz, S., Czeczelewski, M., Forma, A., Baj, J., Sitarz, R., & Stanisławek, A. (2021). Breast Cancer-Epidemiology, Risk Factors, Classification, Prognostic Markers, and Current Treatment Strategies-An Updated Review. Cancers, 13(17), 4287. https://doi.org/10.3390/cancers13174287

Rokom. (2022, Februari 9). Kanker Payudara Paling Banyak di Indonesia, Kemenkes Targetkan Pemerataan Layanan Kesehatan (Halaman Web). Diakses 10 Juli 2024 dari https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220202/1639254/kanker-payudaya-paling-banyak-di-indonesia-kemenkes-targetkan-pemerataan-layanan-kesehatan/

Rhamnosa
Rhamnosa

Written by Rhamnosa

Edukasi isu kefarmasian dan kesehatan HMF 'AP' ITB

No responses yet