Demam Berdarah Dengue: Gara-gara Digigit Nyamuk aja?

Rhamnosa
3 min readAug 8, 2023

--

Foto: Nyamuk Aedes aegypti

Kawan Rhamnosa mungkin sudah pernah mendengar tentang penyakit DBD. Negara-negara ASEAN merupakan daerah endemik DBD. Masyarakat Indonesia perlu waspada terkait dampak fenomena El Nino yang berpotensi meningkatkan kasus DBD di Indonesia. Namun, kawan Rhamnosa tidak perlu takut, cukup kenali penyakit dan cara pencegahannya agar tetap terhindar dari penyakit DBD.

Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis perdarahan yang menimbulkan syok yang berujung kematian. DBD disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, dalam 22 pekan pertama tahun 2023, atau di kisaran periode Januari-Mei, terdapat 35.694 kasus demam berdarah dengue (DBD) di seluruh Indonesia. Selama periode Januari-Mei 2023, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus DBD terbanyak di Indonesia, yakni 6.398 kasus. Diikuti Bali 3.678 kasus, Jawa Tengah 3.068 kasus, dan Jawa Timur 2.551 kasus. Pada periode sama, Kemenkes juga melaporkan ada ratusan kasus kematian akibat DBD yang tercatat.

Terdapat beberapa sumber penularan DBD, yaitu sebagai berikut:

  1. Nyamuk: gigitan nyamuk betina yang terinfeksi, sebagian besar oleh A. aegypti
  2. Transmisi maternal: ibu yang sedang mengandung dapat menularkan virus DBD kepada bayinya, bayi yang terinfeksi beresiko terlahir prematur
  3. Sumber penularan lain: donasi organ, transfusi darah

Setelah seseorang terpapar virus dengue, biasanya akan merasakan tiga fase simptomatik yang terbagi ke dalam fase febrile, critical, dan recovery. Febrile phase biasanya berlangsung selama 2–7 hari dengan gejala demam tinggi, ruam pada kulit, sakit kepala, dan pegal-pegal. Sementara itu, critical phase berlangsung selama 24–48 jam dengan penderita mengalami kondisi leukopenia dan trombositopenia. Terakhir pada fase pemulihan atau recovery yang berlangsung selama 48–72 jam, penderita akan mengalami diuresis, bradikardia, serta ruam merah dengan warna putih di bagian tengah.

Tapi jangan takut! Pencegahan terhadap penularan DBD dapat dilakukan dengan melindungi diri dari gigitan nyamuk, seperti memakai pakaian tertutup, dan menggunakan lotion anti nyamuk. Pencegahan terhadap DBD juga dapat dilakukan dengan vaksinasi. Sampai sekarang, hanya ada satu vaksin DBD yang sudah mendapat lisensi di beberapa negara, yaitu vaksin Dengvaxia.

Jika sudah terkena DBD, tidak ada obat khusus yang digunakan untuk menangani DBD. Penanganan pasien yang terkena DBD bergantung pada tingkat keseriusan gejala yang dialami. Secara umum, penanganan pasien DBD dilakukan dengan memperbanyak istirahat dan minum air. Obat seperti asetaminofen dapat dikonsumsi untuk meredakan rasa sakit. Pasien DBD dianjurkan untuk tidak mengonsumsi obat-obatan NSAID.

Referensi

Apresiasi: Fahma, Evelyn, Rima

--

--

Rhamnosa
Rhamnosa

Written by Rhamnosa

Edukasi isu kefarmasian dan kesehatan HMF 'AP' ITB

No responses yet